Sabtu, 16 April 2016

Uti: PENELITIAN KUALITATIF DAN PENELITIAN KUANTITATIF

Uti: PENELITIAN KUALITATIF DAN PENELITIAN KUANTITATIF: PENELITIAN KUALITATIF DAN PENELITIAN KUANTITATIF  Nama kelompok: 1. Septi Pratiwi 2. Lina Mutiah 3.  Megatari Poernama Sari 4....

Rabu, 06 April 2016

1. Tari tradisional Sulawesi Tenggara - Tari Balumpa


Tari Balumpa Tarian tradisional dari Daerah Kabupaten Wakatoba yaitu daerah Binongko dan Buton Provinsi Sulawesi Tenggara. Tarian Balumpa adalah tarian tradisional yang mencerminkan kegembiraan masyarakat nelayan wakatobi Binongko dan Buton dalam menghadapi ombak demi menafkahi keluarga. Tari Balumba biasanya dipertunjukan untuk menyambut kedatangan tamu kehormatan dari luar daerah.

Tari Balumpa dari Sulawesi Tenggara ini biasanya dimainkan oleh 6-8 orang penari, yang dilakukan secara berpasangan antara laki-laki dan perempuan. Akan tetapi bisa juga dilakukan oleh pasangan penari perempuan semua.

Para penari Balumpa menggunakan pakaian adat Wakatobi dengan iringan musik yang mempergunakan alat musik tradisional gambus dan gendang, tidak tertinggal suara  dendang biduan Balumpa.

2. Tari tradisional Sulawesi Tenggara - Tari Lulo

Tari Lulo adalah tari tradisional yang berasal dari Tokotua, Kabupaten Bombana Provinsi Sulawesi Tenggara. Tari Lulo ini dilaksanakan dalam rangka ritual adat Tokotua atas rasa syukur dan terimakasih kepada Yang Maha Pencipta karena limpahan rezki panen beras yang melimpah.
Tari tradisional Lulo ini telah ada sejak zaman pemerintahan kerjaan kesultanan Buton, dimana beras sebagai hasil pertanian Tokotua untuk memperkuat pilar perekonomian Kesultanan Buton. Dan ungkapan syukur atas panen beras yang melimpah dituangkan dalam ritual adat Lulo.
Para penari Lulo terdiri dari 12 orang yang dibagi dalam 2 kelompok. Delapan penari putra memegang alu (Penumbuk Padi) yang menggambarkan pria yang menumbuk padi dan empat orang penari perempuan memegang nyiru sebagai alat penapis gabah, ditambah sapu tangan yang menggambarkan proses penapisan gabah.
Pakaian yang digunakan dalam tari tersebut merupakan ciri khas Kabaena dengan pakaian berwarna dasar hitam ditambah warna kekuning-kuningan dan kemerah-kemerahan.
Tari Lulo diiringi oleh musik tradisional Sulawesi Tenggara menggunakan alat musik tradisi seperti kendang. Saat ini Tari Lulo telah banyak mengalami perubahan dan kreasi sebagai seni pertunjukan modern.
Tari Lulo ditampilkan dalam rangka upacara adat penyambutan suku Tokotua terhadap tamu-tamu penting yang berkunjung didaerah tersebut. Selain itu Tari Lulo juga banyak dipergunakan sebagai ajang lomba dan kreatifitas masyarakat Sulawesi Tenggara.

3. Tari tradisional Sulawesi Tenggara - Tari Galangi

Tari Galangi adalah tarian tradisional yang berasal dari Kepulauan Buton Raya Provinsi Sulawesi Tenggara. 
Tari Galangi merupakan Tari Perang dalam Kerajaan/ Kesultanan Buton.Tari Galangi adalah ungkapan dan spontanitas gerakan dalam bentuk tari yang mewujudkan bagaimana penggunaan gala dalam menghadapi musuh. Di waktu damai tari ini merupakan kelengkapan kebesaran, keagungan serta kemulian Sultan. Tari ini dimainkan untuk mengiringi Sultan pada saat keluar istana dalam suatu tugas atau menyambut dan mengantar tamu Kesultanan.
Tarian Galangi ini terdiri dari sebelas kelompok, tiap kelompok terdiri dari tujuh orang. Pada zaman dahulu kelompok tersebut bertugas untuk mempertahankan Kerajaan/ Kesultanan bila ada serangan dari luar. Bila dalam keadaan aman, masing-masing kelompok mempunyai tugas yang berbeda-beda.
Busana yang dipergunakan oleh para penari Galangi adalah Pakaian Sala Kaitela (Celana Puntung). adapun perlengkapan yang mereka bawa antara lain Gala (Tombak), Tombi Male’i (Bendera Merah), Tombi Makuni (Bendera Kuning) dan Tamburu (Genderang).

4. Tari tradisional Sulawesi Tenggara - Tari Mangaru

Tari Mangaru adalah tari tradisional yang berasal dari Desa Konde Kecamatan Kambowa Kabupaten Buton Utara. Tari Mangaru menggambarkan keberanian laki-laki pada zaman dahulu dalam medan peperangan, yaitu bercerita tentang dua orang laki-laki yang sedang dalam medan peperangan. Para penari memperagakan gerakan-gerakan yang memperlihatkan bagaimana kedua laki-laki yang saling beradu kekuatan dengan menggunakan sebilah keris yang dipegang.
Tari Mangaru diiringi oleh alat musik tradisional Sulawesi Tenggara yaitu kansi-kansi, Mbololo (gong) dan dua buah gendang yang terbuat dari kulit binatang. Musik yang mengiringi tarian ini bertempo cepat sesuai dengan semangat para penarinya. Alat musik tradisional ini dimainkan empat orang yang memang mahir dalam memainkannya. Irama musik pengiring tari ini berbeda dengan musik pengiring tari yang lain walaupaun alat yang digunakan sama.  
Tari Mangaru biasanya dipertunjukan dalam berbagai upacara dan acara-acara yang melibatkan banyak orang. Bagi masyarakat Desa konde menyelenggarakan pesta panen setelah menuai padi menjadi suatu budaya yang berkesinambungan dan pada acara khitanan. Tarian ini menjadi ajang berkumpul semua orang kampung. Namun sayang, tarian ini sudah jarang bahkan sudah tidak pernah dipentaskan lagi. Saat ini tari Mangaru dipertunjukan pada saat penyambutan tamu.
Tari Mangaru pada saat ini banyak mengalami perubahan dan kreasi, namun tetap mempertahankan gerakan dasar perang sebagai ajang hiburan dan penyemangat.