PENGERTIAN
INTELEGENSI
Menurut
David Wechsler, inteligensi adalah kemampuan untuk bertindak secara
terarah, berpikir secara rasional, dan menghadapi lingkungannya secara efektif.
Secara garis besar dapat disimpulkan bahwa inteligensi adalah suatu kemampuan
mental yang melibatkan proses berpikir secara rasional. Oleh karena itu,
inteligensi tidak dapat diamati secara langsung, melainkan harus disimpulkan
dari berbagai tindakan nyata yang merupakan manifestasi dari proses berpikir
rasional itu.
intelegensi
menurut “Claparde dan Stern” adalah kemampuan untuk
menyesuaikan diri secara mental terhadap situasi dan kondisi baru. Berbagai
macam tes telah dilakukan oleh para ahli untuk mengetahui tingkat intelegensi
seseorang. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi tingkat intelegensi seseorang.
Oleh karena itu banyak hal atau faktor yang harus kita perhatikan supaya
intelegensi yang kita miliki bisa meningkat.
(http://fadliyanur.blogspot.com/2008/02/intelegensi.html)
Claparde dan
Stern mengatakan bahwa intelegensi adalah kemampuan
untuk menyesuaikan diri secara mental terhadap situasi atau kondisi baru.
K. Buhler mengatakan
bahwa intelegensi adalah perbuatan yang disertai dengan pemahaman atau
pengertian.
David
Wechster (1986). Definisinya mengenai intelegensi mula-mula
sebagai kapasitas untuk mengerti ungkapan dan kemauan akal budi untuk mengatasi
tantangan-tantangannya. Namun di lain kesempatan ia mengatakan bahwa
intelegensi adalah kemampuan untuk bertindak secara terarah, berfikir secara
rasional dan menghadapi lingkungannya secara efektif.
William
Stern mengemukakan batasan sebagai berikut:
intelegensi ialah kesanggupan untuk menyesuaikan diri kepada kebutuhan baru,
dengan menggunakan alat-alat berfikir yang sesuai dengan tujuannya. William
Stern berpendapat bahwa intelegensi sebagian besar tergantung dengan dasar dan
turunan, pendidikan atau lingkungan tidak begitu berpengaruh kepada intelegensi
seseorang.
Dari batasan
yang dikemukakan di atas, dapat kita ketahui bahwa:
a. Intelegensi
itu ialah faktor total berbagai macam daya jiwa erat bersangkutan di dalamnya
(ingatan, fantasi, penasaran, perhatian, minat dan sebagainya juga mempengaruhi
intelegensi seseorang).
b. Kita hanya dapat mengetahui intelegensi dari
tingkah laku atau perbuatannya yang tampak. Intelegensi hanya dapat kita
ketahui dengan cara tidak langsung melalui “kelakuan intelegensinya”.
c. Bagi suatu
perbuatan intelegensi bukan hanya kemapuan yang dibawa sejak lahir saja, yang
penting faktor-faktor lingkungan dan pendidikan pun memegang peranan.
d. Bahwa manusia itu dalam kehidupannya
senantiasa dapat menentukan tujuan-tujuan yang baru, dapat memikirkan dan
menggunakan cara-cara untuk mewujudkan dan mencapai tujuan itu.
e. Ciri-ciri
intelegensi yaitu :
f. 1.
Intelegensi merupakan suatu kemampuan mental yang melibatkan proses berfikir
secara rasional (intelegensi dapat diamati secara langsung).
g. 2.
Intelegensi tercermin dari tindakan yang terarah pada penyesuaian diri terhadap
lingkungan dan pemecahan masalah yang timbul daripadanya.
h. Menurut
English & English dalam bukunya " A Comprehensive Dictionary of
Psichological and Psychoalitical Terms" ,
istilah intellecct berarti antara lain :
(1) Kekuataan mental dimana manusia
dapat berpikir ;
(2) suatu rumpun nama untuk proses
kognitif, terutama untuk aktivitas yang berkenaan
dengan berpikir ( misalnya menghubungkan, menimbang, dan memahami); dan
(3) kecakapan, terutama kecakapan
yang tinggi untuk berpikir; (bandingkan dengan intelligence. Intelligence
=intellect).
menurut
kamus WebssterNew Worid Dictionary of the American Language, istilah
intellect berarti:
1) kecakapan untuk berpikir, mengamati atau mengerti; kecakapan untuk mengamati hubungan-hubungan, dan sebagainya. Dengan demikian kecakapan berbeda dari kemauandan perasaan,
2) Kecakapan mental yang besar,sangat intellegence, dan
3) Pikiran atau inteligensi.
1) kecakapan untuk berpikir, mengamati atau mengerti; kecakapan untuk mengamati hubungan-hubungan, dan sebagainya. Dengan demikian kecakapan berbeda dari kemauandan perasaan,
2) Kecakapan mental yang besar,sangat intellegence, dan
3) Pikiran atau inteligensi.
Jadi istilah
inteligensi menurut para ahli diantaranya menurut Wechler (1958) mermuskaan
intelligensi sebagai "keseluruhan ke-mampuan individu untuk berpikir dan
bertindak secara terarah serta kemampuan mengolah dan menguasai lingkungan
secara efektif. Intelegensi bukanlah suatu yang bersifat kebendaan, melainkan
suatu fiksi ilmiah untuk mendiskripsikan perilaku individu yang berkaitan
dengan kemampuan intelektual. Dalam mengartikan intelegensi (kecerdasan) ini,
para ahli mempunyai pengertian yang beragam.
Deskripsi perkembangan fungsi-fungsi kognitif secara kuantitatif dapat dikembangkan berdasarkan hasil laporan berbagai studi pengukuran dengan menggunakan tes inteligensi sebagai alat ukurnya, yang dilakukan secara longitudinal terhadap sekelompok subjek dari dan sampai ketingkatan usia tertentu secara test-retest yang alat ukurnya disusun secara sekuensial (Standfort revision benet test).
Dengan menggunakan hasil pengukuran test inteligensi yang mencakup general (Infomation and Verbal Analogies, Jones and Conrad (Loree, 1970 : 78) telah mengembangkan sebuah kurva perkembangan Inteligensi, yang dapat di tafsirkan anatara lain sebagai berikut :
1). Laju perkembangan Inteligensi pada masa remaja-remaja berlangsung sangat pesat,
2). Terdapat variasi dalam saatnya dan laju kecepatan deklinasi menurut jenis-jenis kecakapan khusus tertentu (Juntika N, 137-138).
Ditinjau dari perkembangan kogninif menurut piaget, masa remaja sudah mencapai tahap operasi formal (operasi = kegiatan-kegiatan mental tentang berbagai gagasan). Remaja, secara mental telah dapat berfikir logis tentang berbagai gagasan yang abstrak dengan kata lain, berfikir operasi formal lebih bersifat hipotesis dan abstrak, serta sistematis dan ilmiah dalam memecahkan masalah dari pada berfikir kongkrit.
Sementara proses pertumbuhan otak mencapai kesempurnaannya dari mulai usia 12 – 20 tahun. Pada usia 16 tahun berat otak sudah menyamai orang dewasa. Sistem syaraf yang memproses infprmasi berkembang secara cepat pada usia ini. Pada masa remaja terjadi reorganisasi lingkaran syarat, lobe frontal, yang berfungsi sebagai kegiatan kognitif tingkat tinggi, yaitu merumuskan perencanaan strategis, atau mengambil keputusan. Lobe frontal ini terus berkembang terus sampai usia 20 tahun atau lebih. Perkembangan lobe frontal ini sangat berpengaruh terhadap kemampuan intelektual remaja, seperti pada usia 12 tahun walaupun secara intelektual remaja itu termasuk anak berbakat atau pintar. Namun belum bijaksana, maksudnya remaja tersebut mampu memecahkan masalah secara benar, tetapi tidak seterampil remaja yang lebih tua usianya. Yang menunjukkan wawasan atau perspektif yang luas terhadap masalah tersebut (Sigelman & Shaffer, 1995)
Pada periode kongkrit, anak mungkin mengartikan sistem keadilan dikaitkan dengan polisi atau hakim, sedangkan remaja mengartikannya sesuatu yang abstrak, yaitu sebagai suatu aspek kepedulian pemerintah terhadap hak-hak warga masyarakat yang mempunyai interes remaja.
Adapun pembahasan mengenai inteligensi itu secara teknis pada pokoknya dapat dibedakan menjadi dua golongan yaitu :
1). Pembahasan mengenai sifat hakekat inteligensi, dan
2). Pembahasan mengenai penyelidikan inteligensi itu
Hal yang sama lebih bersifat teoritis-konsepsional, sadang hal yang kedua lebih bersifat teknis metodologisnya. Dalam pada itu harus diingat bahwa penggolongan seperti yang dikemukakan itu hanyalah bersifat teknis bukan prinsip. Sebab kedua hal itu pada hakekatnya tidak dapat di pisah-pisahkandengan tajam.
Inti persoalan daripada sifat hakikat inteligensi itu dirumuskan dengan pertanyaan : Apakah inteligensa itu ? Pertanyaan ini justru dalam bentuknya yang demikian itu, menjadi obyek diskusi yang hangat bagi banyak ahli-ahli psikologi, terutama disekitar tahun-tahun 1900-1925. Persoalannya sendiri sudah tua sekali, lebih dari padaitu psikologi itu sendiri, karena hal tersebut telah di bahas oleh ahli-ahli filsafat dan kemudian ahli-ahli biologi sebelum psikologi sebagai ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri ahli. (J.S.Suriasumantri, 2004 : 122).
Menurut konsepsi inteligensi ini adalah persatuan (kumpulan yang di persatukan) daripada daya-daya jiwa yang khusus. Karenna itu pengukuran mengenai inteligensi juga dapat di tempuh dengan cara mengukur daya-daya jiw khusus itu, misalnya daya mengamati, daya mereproduksi, daya berfikir dan sebagainya. (J.S.S : 2004 : 125).
Konsep-konsep yang timbul dari keyakinan, bahwa apa yang di selidiki (di test) dengan testinteligensi itu adalah inteligensi umum. Jadi inteligensi di beri defenisi sebagai taraf umum yang mewakili daya-dayakhusus.
B. Hubungan Intelek Dengan Tingkah Laku
Kemampuan berfikir abstrak menunjukka perhatian seseorang terhadap kejadian dan peristiwa yang tidak kongkrit, misalnya ; pilihan pekerjaan, corak hidup bermasyarakat, pilihan pasangan hidup yang sebenarnya masih jauh didepannya. Bagi remaja, corak perilaku pribadinya dihari depan, dan corak tingkah lakunya sekarang akan berbeda. Kemampuan abstrak akan berperan dalam perkembanangan kepribadiannya.
Kemampuan abstraksi mempermasalahkan kenyataan dan peristiwa-peristiwa dengan keadaan bagaimana yang semestinya menurut alam pikirannya. Situasi ini (yang diakibatkan kemampuan abstraksi) akibatnya dapat menimbulkan perasaan tidak puas dan putus asa.
Disamping itu organ sentris masih terlihat dalam pikirannya.
1. Cita-cita dan idialisme yang baik, terlalu menitik beratkan pikiran sendiri tanpa memikirkan akibat lebih jauh, dan tanpa memperhitungkan kesulitan praktis yang mungkin menyebabkan tidak berhasilnya menyelesaikan persoalan.
2. Kemampuan berfikir dengan pendapat sendiri, belum disertai pendapat orang lain dalam penilaiannya. Masih sulit membedakan pokok perhatian orang lain daripada tujuan perhatian diri sendiri. Pandangan dan penilaian diri sendiri dianggap sama dengan pandangan orang lain mengenai dirinya.
Melalui banyak pengalaman dan penghayatan kenyataan serta dalam menghadapi pendapat orang lain, maka egosentrisme berkurang. Pada akhirnya pengaruh egosentrisitas pada remaja sudah sedemikian kecilnya, sehingga berarti remaja sudah dapat berfikir abstrak dengan mengikut sertakan pandangan dan pendapat orang lain.
C. Karakteristik Perkembangan Intelek Remaja
Deskripsi perkembangan fungsi-fungsi kognitif secara kuantitatif dapat dikembangkan berdasarkan hasil laporan berbagai studi pengukuran dengan menggunakan tes inteligensi sebagai alat ukurnya, yang dilakukan secara longitudinal terhadap sekelompok subjek dari dan sampai ketingkatan usia tertentu secara test-retest yang alat ukurnya disusun secara sekuensial (Standfort revision benet test).
Dengan menggunakan hasil pengukuran test inteligensi yang mencakup general (Infomation and Verbal Analogies, Jones and Conrad (Loree, 1970 : 78) telah mengembangkan sebuah kurva perkembangan Inteligensi, yang dapat di tafsirkan anatara lain sebagai berikut :
1). Laju perkembangan Inteligensi pada masa remaja-remaja berlangsung sangat pesat,
2). Terdapat variasi dalam saatnya dan laju kecepatan deklinasi menurut jenis-jenis kecakapan khusus tertentu (Juntika N, 137-138).
Ditinjau dari perkembangan kogninif menurut piaget, masa remaja sudah mencapai tahap operasi formal (operasi = kegiatan-kegiatan mental tentang berbagai gagasan). Remaja, secara mental telah dapat berfikir logis tentang berbagai gagasan yang abstrak dengan kata lain, berfikir operasi formal lebih bersifat hipotesis dan abstrak, serta sistematis dan ilmiah dalam memecahkan masalah dari pada berfikir kongkrit.
Sementara proses pertumbuhan otak mencapai kesempurnaannya dari mulai usia 12 – 20 tahun. Pada usia 16 tahun berat otak sudah menyamai orang dewasa. Sistem syaraf yang memproses infprmasi berkembang secara cepat pada usia ini. Pada masa remaja terjadi reorganisasi lingkaran syarat, lobe frontal, yang berfungsi sebagai kegiatan kognitif tingkat tinggi, yaitu merumuskan perencanaan strategis, atau mengambil keputusan. Lobe frontal ini terus berkembang terus sampai usia 20 tahun atau lebih. Perkembangan lobe frontal ini sangat berpengaruh terhadap kemampuan intelektual remaja, seperti pada usia 12 tahun walaupun secara intelektual remaja itu termasuk anak berbakat atau pintar. Namun belum bijaksana, maksudnya remaja tersebut mampu memecahkan masalah secara benar, tetapi tidak seterampil remaja yang lebih tua usianya. Yang menunjukkan wawasan atau perspektif yang luas terhadap masalah tersebut (Sigelman & Shaffer, 1995)
Pada periode kongkrit, anak mungkin mengartikan sistem keadilan dikaitkan dengan polisi atau hakim, sedangkan remaja mengartikannya sesuatu yang abstrak, yaitu sebagai suatu aspek kepedulian pemerintah terhadap hak-hak warga masyarakat yang mempunyai interes remaja.
Adapun pembahasan mengenai inteligensi itu secara teknis pada pokoknya dapat dibedakan menjadi dua golongan yaitu :
1). Pembahasan mengenai sifat hakekat inteligensi, dan
2). Pembahasan mengenai penyelidikan inteligensi itu
Hal yang sama lebih bersifat teoritis-konsepsional, sadang hal yang kedua lebih bersifat teknis metodologisnya. Dalam pada itu harus diingat bahwa penggolongan seperti yang dikemukakan itu hanyalah bersifat teknis bukan prinsip. Sebab kedua hal itu pada hakekatnya tidak dapat di pisah-pisahkandengan tajam.
Inti persoalan daripada sifat hakikat inteligensi itu dirumuskan dengan pertanyaan : Apakah inteligensa itu ? Pertanyaan ini justru dalam bentuknya yang demikian itu, menjadi obyek diskusi yang hangat bagi banyak ahli-ahli psikologi, terutama disekitar tahun-tahun 1900-1925. Persoalannya sendiri sudah tua sekali, lebih dari padaitu psikologi itu sendiri, karena hal tersebut telah di bahas oleh ahli-ahli filsafat dan kemudian ahli-ahli biologi sebelum psikologi sebagai ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri ahli. (J.S.Suriasumantri, 2004 : 122).
Menurut konsepsi inteligensi ini adalah persatuan (kumpulan yang di persatukan) daripada daya-daya jiwa yang khusus. Karenna itu pengukuran mengenai inteligensi juga dapat di tempuh dengan cara mengukur daya-daya jiw khusus itu, misalnya daya mengamati, daya mereproduksi, daya berfikir dan sebagainya. (J.S.S : 2004 : 125).
Konsep-konsep yang timbul dari keyakinan, bahwa apa yang di selidiki (di test) dengan testinteligensi itu adalah inteligensi umum. Jadi inteligensi di beri defenisi sebagai taraf umum yang mewakili daya-dayakhusus.
B. Hubungan Intelek Dengan Tingkah Laku
Kemampuan berfikir abstrak menunjukka perhatian seseorang terhadap kejadian dan peristiwa yang tidak kongkrit, misalnya ; pilihan pekerjaan, corak hidup bermasyarakat, pilihan pasangan hidup yang sebenarnya masih jauh didepannya. Bagi remaja, corak perilaku pribadinya dihari depan, dan corak tingkah lakunya sekarang akan berbeda. Kemampuan abstrak akan berperan dalam perkembanangan kepribadiannya.
Kemampuan abstraksi mempermasalahkan kenyataan dan peristiwa-peristiwa dengan keadaan bagaimana yang semestinya menurut alam pikirannya. Situasi ini (yang diakibatkan kemampuan abstraksi) akibatnya dapat menimbulkan perasaan tidak puas dan putus asa.
Disamping itu organ sentris masih terlihat dalam pikirannya.
1. Cita-cita dan idialisme yang baik, terlalu menitik beratkan pikiran sendiri tanpa memikirkan akibat lebih jauh, dan tanpa memperhitungkan kesulitan praktis yang mungkin menyebabkan tidak berhasilnya menyelesaikan persoalan.
2. Kemampuan berfikir dengan pendapat sendiri, belum disertai pendapat orang lain dalam penilaiannya. Masih sulit membedakan pokok perhatian orang lain daripada tujuan perhatian diri sendiri. Pandangan dan penilaian diri sendiri dianggap sama dengan pandangan orang lain mengenai dirinya.
Melalui banyak pengalaman dan penghayatan kenyataan serta dalam menghadapi pendapat orang lain, maka egosentrisme berkurang. Pada akhirnya pengaruh egosentrisitas pada remaja sudah sedemikian kecilnya, sehingga berarti remaja sudah dapat berfikir abstrak dengan mengikut sertakan pandangan dan pendapat orang lain.
C. Karakteristik Perkembangan Intelek Remaja
Intelegensi
pada remaja tidak mudah diukur karena tidak mudah terlihat perubahan kecepatan
perkembangan kemampuan tersebut. Pada umumnya tiga sampai empat tahun pertama
menunjukkan perkembangan kemampuan yang hebat, selanjutnya akan terjadi
perkembangan yang teratur.
Pada masa
remaja kemampuan untuk mengatasi masalah yang majemuk bertambah. Pada masa awal
remaja, kira-kira pada usia 12 tahun, anak berada pada masa yang disebut "
Masa oerasi formal" (berfikir abstrak). Pada masa ini remaja telah
berfikir dengan mempertimbangkan hal yang mungkin; disamping hal yang nyata (riil)
(Gliedmen, 1986 : 475-475)
Pada usia
remaja ini anak sudah dapat berfikir abstrak dan hitotek. Dalam berfikir
operasional formal, setidak-tidaknya mempunyai dua sifat yang penting, yaitu ;
1. Sifat
deduktif hipotesis,
2. berfikir
opersional juga berfikir kombinatoris.
1. Sifat
Deduktif Hipotesis
Dalam menyelesaikan suatu masalah, seorang remaja akan mengawalinya dengan pemikiran teoritik. Yang menganalisis masalah dan mengajukan cara-cara penyelesaian hipotesis yang mungkin. Pada dasarnya pengajuan hipotesis itu menggunakan cara berfikir induktif disamping deduktif. Oleh sebab itu dari sifat analisis yang ia lakukan, ia dapat membuat strategi penyelesaian. Analisis teoritik ini dapat dilakukan secara verbal. Anak lalu mengajukan pendapat-pendapat atau prediksi tertentu, yang juga disebut proporsi-proporsi. Kemudian mencari hubungan antra proporsi Yang berbeda-beda tadi.Berhubungan itu maka berpikir operasional juga disebut proposisional.
Dalam menyelesaikan suatu masalah, seorang remaja akan mengawalinya dengan pemikiran teoritik. Yang menganalisis masalah dan mengajukan cara-cara penyelesaian hipotesis yang mungkin. Pada dasarnya pengajuan hipotesis itu menggunakan cara berfikir induktif disamping deduktif. Oleh sebab itu dari sifat analisis yang ia lakukan, ia dapat membuat strategi penyelesaian. Analisis teoritik ini dapat dilakukan secara verbal. Anak lalu mengajukan pendapat-pendapat atau prediksi tertentu, yang juga disebut proporsi-proporsi. Kemudian mencari hubungan antra proporsi Yang berbeda-beda tadi.Berhubungan itu maka berpikir operasional juga disebut proposisional.
2. Berpikir
Operasional juga Berpikir Kombinatoris
Sifat ini merupakan kelengkapan sifat yang pertama dan berhubungan dengan cara melakukan analis. Misalnya anak diberi lima buah gelas berisi cairan tertentu. Anak yang berpikir operasional formal, lebih dahulu Suatu kombinasi cairan ini membuat cairan tadi berubah warna. Anak diminta untuk mencari kombinasi ini.
Sifat ini merupakan kelengkapan sifat yang pertama dan berhubungan dengan cara melakukan analis. Misalnya anak diberi lima buah gelas berisi cairan tertentu. Anak yang berpikir operasional formal, lebih dahulu Suatu kombinasi cairan ini membuat cairan tadi berubah warna. Anak diminta untuk mencari kombinasi ini.
3. Secara
teoritik membuat matriksnya mengenai segala macam kombinasi yang mungkin,
secara sistematik mencoba mengisi setiap sel matriks tersebut secara
empiris.Bila ia mencapai penyelesaian yang betul, mak ia juga akan segera dapat
memproduksi.
Seorang remaja dengan kemampuan berpikir normal tetapi hidup dalam lingkungan atau kebudayaan yang tidak merangsang cara berpikir, misalnya tidak adanya kesempatan untuk menambah pengetahuan, pergi ke sekolah tetapi tidak adanya pasilitas yang dibutuhka,
maka remaja itu sampai dewasa pun tidak akan sampai pada taraf berpikir abstrak.
Seorang remaja dengan kemampuan berpikir normal tetapi hidup dalam lingkungan atau kebudayaan yang tidak merangsang cara berpikir, misalnya tidak adanya kesempatan untuk menambah pengetahuan, pergi ke sekolah tetapi tidak adanya pasilitas yang dibutuhka,
maka remaja itu sampai dewasa pun tidak akan sampai pada taraf berpikir abstrak.
4. Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi perkembangan Intelek
Dalam hubungannya dengan perkembangan intelegensi/kemampuan berpikir remaja, ada yang berpandanganbahwa adalah keliru jika IQ dianggap bisa ditingkatkan, yang walaupun perkembangan IQ dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan. Menurut Andi Mappiare (1982: 80) hal-hal yang mempengaruhi perkembangan intelek itu antara lain
Dalam hubungannya dengan perkembangan intelegensi/kemampuan berpikir remaja, ada yang berpandanganbahwa adalah keliru jika IQ dianggap bisa ditingkatkan, yang walaupun perkembangan IQ dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan. Menurut Andi Mappiare (1982: 80) hal-hal yang mempengaruhi perkembangan intelek itu antara lain
1) Bertabahnya
informasi yang disimpan(dalam otak)seseorang sehingga ia mampu berpikr
reflektif.
2) Banyaknya
pengalaman dan latihan-latihan memecahkan masalah sehingga seseorang bisa
berpikir proporsional.
3) Adanya kebebasan berpikir,menimbulkan
keberanian seseorang dalam menyusun hipotesis-hipotesis yang radikal, kebebasan
menjajaki masalah secara keseluruhan, dan menunjang keberanian anak memecahkan
masalahdan menarik kesimpulan yang baru dan benar.
Tiga kondisi di atas sesuai dengan dasar-dasar teori Piaget mengenai perkembangan intelegendi, yakni:
Tiga kondisi di atas sesuai dengan dasar-dasar teori Piaget mengenai perkembangan intelegendi, yakni:
a) Fungsi
intelegensi termasuk proses adaptasi yang bersifat biologis.
b) Berkembangnya
usia menyebabkan berkembangnya struktur intelegensi baru, sehingga pengaruh
pula terhadap terjadinya perubahan kualitatif.
Wechsler berpendapat bahwa keseluruhan intelegensi seseorang tidak dapat diukur. IQ adalah suatu nilai yang hanya dapat ditentukan secara kira-kira karena selalu dapat terjadi perubahan-perubahan berdasarkan faktor-faktor individual dan situasional.
Wechsler berpendapat bahwa keseluruhan intelegensi seseorang tidak dapat diukur. IQ adalah suatu nilai yang hanya dapat ditentukan secara kira-kira karena selalu dapat terjadi perubahan-perubahan berdasarkan faktor-faktor individual dan situasional.
c) Peranan
Pengalaman dari Sekolah Terhadap Intelegensi
Sejauh mana pengalaman meningkatkan intelegensi anak?Penelitian tentang pengaruh taman indria terhadap IQ telah dilaporkan oleh Wellman (1945) berdasarkan 50 kasus studi. Rata-rataa tingkat IQ asal mereka adalah da atas 110. Merka yang mengalami prasekolah sebelum sekolah dasar, menunjukan perbedaan kemajuan atau ”gained”, dalam rata-rat IQ mereka lebih besar daripada mereka yang tidak mengalami prasekolah.Perbedaan kemajuan nilai rata-rata IQ bagi mereka yang baru satu tahun saja belajar (bersekolah pada pra-sekolah)adalah 5,4 skala IQ per seorang siswa. Angka ini jauh lebih tinggi daripada siswa-siswa yng tidak memasuki prasekolah sebelumnya, yaitu menunjukan rata-rata hanya mengalami perubahan nilai I hanya sebesar 0,5 skala IQ perseorang siswa
Sejauh mana pengalaman meningkatkan intelegensi anak?Penelitian tentang pengaruh taman indria terhadap IQ telah dilaporkan oleh Wellman (1945) berdasarkan 50 kasus studi. Rata-rataa tingkat IQ asal mereka adalah da atas 110. Merka yang mengalami prasekolah sebelum sekolah dasar, menunjukan perbedaan kemajuan atau ”gained”, dalam rata-rat IQ mereka lebih besar daripada mereka yang tidak mengalami prasekolah.Perbedaan kemajuan nilai rata-rata IQ bagi mereka yang baru satu tahun saja belajar (bersekolah pada pra-sekolah)adalah 5,4 skala IQ per seorang siswa. Angka ini jauh lebih tinggi daripada siswa-siswa yng tidak memasuki prasekolah sebelumnya, yaitu menunjukan rata-rata hanya mengalami perubahan nilai I hanya sebesar 0,5 skala IQ perseorang siswa