A. Pengertian Psikologi Pendidikan
Psikologi yang dalam istilah
lama disebut ilmu jiwa itu berasal dari kata bahasa Inggris psycology. Katapsycology merupakan dua akar kata yang bersumber dari bahasa Greek (Yunani),
yaitu psyche yang
berarti jiwa; 2) logos yang berarti ilmu. Jadi, secara harfiah psikologi memang berarti
ilmu jiwa
Pendidikan berasal dari kata
“didik”, lalau kata ini mendapat awalan “me” sehingga menjadi “mendidik”, artinya
memelihara dan memberi latihan. Dalam memelihara dan memberi latihan diperlukan
adanya ajaran, tuntunan, dan pimpinan mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran.
Selanjutnya, pengertian “pendidikan” menurutKamus Besar Bahasa Indonesia ialah proses pengubahan sikap
dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia
melalui upaya pengajaran dan pelatihan.
Psikologi pendidikan adalah
ilmu yang menerangkan tentang aktivitas individu dan faktor-faktor yang
mempengaruhi dalam proses pendidikan.
B. Ruang Lingkup Psikologi Pendidikan
Mengingat bahwa psikologi
pendidikan merupakan ilmu yang memusatkan dirinya pada penemuan dan aplikasi
prinsip-prinsip dan teknik-teknik psikologi ke dalam pendidikan, maka ruang
lingkup psikologi pendidikan mencakup topik-topik psikologi yang erat
hubungannya dengan pendidikan. Crow & Crow mengemukakan bahwa data yang
dicoba didapatkan oleh psikologi pendidikan, yang dengan demikian merupakan
ruang lingkup psikologi pendidikan, antara lain:
1. Sampai sejauh mana faktor-faktor pembawaan dan lingkungan
berpengaruh terhadap belajar;
2. Sifat-sifat dari proses belajar;
3. Hubungan antara tingkat kematangan dengan kesiapan belajar (learning readiness);
4. Signifikasi pendidikan terhadap perbedaan-perbedaan individual dalam
kecepatan dan keterbatasan belajar;
5. Perubahan-perubahan jiwa (inner changes) yang terjadi selama dalam belajar;
6. Hubungan antara prosedur-prosedur mengajar dengan hasil belajar;
7. Teknik-teknik yang sangat efektif bagi penilaian kemajuan dalam
belajar;
8. Pengaruh/akibat relatif dari pendidikan formal dibandingkan dengan
pengalaman-pengalaman belajar yang insidental dan informal terhadap suatu
individu;
9. Nilai/manfaat sikap ilmiah terhadap pendidikan bagi personil sekolah;
10. Akibat/pengaruh psikologis (psycologica
impactl) yang ditimbulkan oleh kondisi-kondisi
sosiologis terhadap sikap para siswa.
Untuk memperkaya pandangan kita
tentang ruang lingkup psikologi pendidikan, berikut ini akan dikemukakan
apayang diuraikan oleh Good dan Brophy dalam bukunya yang berjudul “Educational Psychology, A Realistic Approach”, yang lebih up to date sesuai dengan perkembangan pendidikan dan
pengajaran dewasa ini. Di dalam buku tersebut Good dan Brophy menguraikan
tentang psikologi pendidikan menjadi 6 bagian yang terdiri 16 bab.
Bagian 1: Menguraikan tentang psikologi dalam hubungannya dengan tugas guru.
Bagian 2: Manajemen kelas, yang mencakup antara lain:
Perkembangan dan sosialisasi anak;
Kepemimpinan dan dinamika kelompok;
Psikologi eksperimental (menguraikan modeling, reward, punishment,
dan extinction);
Hasil-hasil penelitian manajemen kelas;
Mengurangi masalah-masalah manajemen melalui persiapan yang baik
dan pengajaran yang efektif.
Bagian 3: Menguraikan masalah belajar, yang meliputi antara lain:
Pengertian tentang belajar;
Prinsip-prinsip umum belajar;
tipe-tipe belajar;
perhatian dan persepsi;
transfer dalam belajar;
perbedaan-perbedaan individual dalam belajar;
Model-model dan desain intruksional; dan
Prinsip-prinsip pengajaran.
Bagian 4: Pertumbuhan, Perkembangan, dan Pendidikan yang berisi antara lain:
Prinsip-prinsip perkembangan psikologis;
Perkembangan fisik,
Perkembangan kognitif,
Perkembangan personal dan sosial,
Kreativitas, dan
Sosialisasi;
Aplikasi prinsip-prinsip perkembangan ke dalam pendidikan.
Bagian 5: Mengenai motivasi, yang meliputi antara lain:
Pengertian motivasi;
Perilaku Stimulus-Respon;
Teori kognitif dan motivasi;
Disonansi; dan
Aplikasi motivasi dalam pendidikan dan pengajaran.
Bagian 6: Prinsip-prinsip evaluasi dan pengukuran, yang mencakup antara
lain:
Macam-macam tes;
Cara-cara menyusun tes essay dan tes objective;
Performance test;
Prosedur penilaian;
Monitoring kemajuan siswa;
Realibilitas dan Validitas test; dan
Penggunaan statistik dalam mengolah hasil tes[4].
C. Pentingnya Psikologi dalam Pendidikan
Pada negara-negara yang sudah
berkembang ataupun yang sudah mengalami stabilitas politik dan agama,
pendidikan menjadi perhatian penting bagi masyarakat. Orang-orang yang paling
getol memperdebatkan pendidikan cenderung berpendirian, bahwa tujuan pendidikan
dasar adalah mempersiapkan generasi muda untuk melanjutkan pendidikan ke
jenjang yang lebih tinggi. Pendidikan tinggi akhirnya dimaksudkan untuk
mempersiapkan para mahasiswa untuk dapat memperoleh sukses dalam karir dan
kehidupan pribadi, serta mampu berpartisipasi di dalam pembangunan masyarakat.
Berdasarkan studi psiklogi
belajar yang baru serta sosiologi pendidikan, maka masyarakat pendidikan
menghendaki agar pengajaran memperhatikan minat, kebutuhan dan kesiapan anak
didik untuk belajar, serta dimaksudkan untuk mencapai tujuan-tujuan sosial
sekolah. Berbicara mengenai situasi pengajaran di Indonesia, kita tidak dapat
menutupi kenyataan di mana sekolah-sekolah masih mengutamakan penguasaan mata
pelajaran. Akibatnya, peranan dan minat guru-guru ataupun murid-murid masih
banyak dibatasi oleh policy serta pengawasan dari pihak pemerintah. Memang ada
kemungkinan, bahwa keberhasilan pendidikan kita adalah tidak lepas hubungannya
dengan ketrampilan guru-guru dalam mengelola belajar-mengajar. Pendidikan kita
sekarang belum banyak memperhatikan minat dan kebutuhan anak didik. Pendidikan
kita masih banyak digumuli dengan masalah-masalah kompetensi lembaga pendidikan
serta pemenuhan kebutuhan dunia kerja akan tenaga kerja.
Dari kenyataan di atas, maka sudah
tiba masanya sekarang di mana pendidikan hendaknya lebih melayani kebutuhan dan
hakikat psikologis anak didik. Pendidikan seharusnya mempunyai kreasi-kreasi
baru di sepanjang waktu dengan berorientasi kepada sifat dan hakikat anak
didik. Apabila kita meneliti dunia pendidikan dalam praktek, masih banyak kita
jumpai guru-guru yang beranggapan, bahwa pekerjaan mereka tidak lebih dari
menumpahkan air ke dalam botol kosong. Guru yang benar-benar dapat berhasil
adalah guru yang menyadari bahwa dia mengajarkan sesuatu kepada manusia-manusia
yang berharga dan berkembang. Dengan bekal kesadaran semacam itu di kalangan
para pendidik, hal itu sudah memberikan harapan agar guru-guru menghormati
pekerjaan mereka sebagai guru.
Sekolah-sekolah yang menekankan
disiplin ketat terhadap murid-murid di kelas serta menjadikan disiplin sebagai
alat vital untuk menyampaikan bahan pelajaran kepada murid-murid, maka
sekolah-sekolah semacam itu belum memberi tempat yang terhormat terhadap
psikologis dalam pendidikan. Displin pada hakikatnya hanya salah satu metode
dalam pelajaran guna menumbuhkan kepatuhan ekstrinsik pada anak didik.
Dalam psikologi, kepatuhan yang
datang dari luar merupakan isyarat adanya konflik antara otoritarianisme dan
demokrasi. Dalam pendidikan, kepatuhan memang perlu, tetapi kepatuhan itu
sendiri hendaknya tidak sepihak. Kepatuhan sebaiknya terjadi secara
timbal-balik di antara semua pihak yang terlibat di dalam pendidikan, baik itu
anak didik, pendidik, kurikulum, maupun fasilitas pendidikan. Disinilah letak
pentingnya psikologi dalam pendidikan. Semua pihak yang terlibat dalam proses
pendidikan perlu mengarahkan perhatian kepada sifat dan hakikat anak didik,
sehingga pelayanan pengajaran membuahkan pribadi-pribadi yang berkembang secara
wajar dan efektif. Dalam hal ini penerapan psikologi terutama psikologi belajar
memerlukan pemikiran yang mendalam, agar pelayanan atau perlakuan pendidik
terhadap anak didik sesuai dengan sifat dan hakikat mereka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar