Permainan
Tradisional Sulawesi Selatan “Mallogo”
Mata
Kuliah
Bermain dan Permainan
Dosen
Pengampu
Dwi Hastuti, S.Pd,.M.Pd

Oleh:
Yola
Wredha Murti 1400002015
PGPAUD
IV/A
PENDIDIKAN
GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
AHMAD DAHLAN
2016
A. Sejarah
Dan Asal Permainan
Mallogo (Bugis) atau allogo (Makassar)
adalah salah satu permainan tradisional masyarakat Sulawesi Selatan (Sulsel).
Permainan ini mengandung nilai pendidikan seperti kejujuran dan sportivitas.
Meskipun kini mallogo atau allogo jarang
dimainkan lagi, namun masyarakat Sulsel senantiasa merasakan kerinduan untuk
melihat permainan ini. Kerinduan ini bukti bahwa mereka begitu terikat pada
tradisi leluhurnya (Permainan mallogo atau allogo berupa
tempurung kelapa kering yang dibentuk segitiga (logo), lalu dipukul
dengan sepotong bambu yang dibelah dan dibentuk seperti pemukul golf.
Dahulu mallogoatau allogo biasa dimainkan
masyarakat sebagai hiburan untuk mengisi waktu luang sembari menunggu atau
seusai panen.
Pada masa
lalu, selain masyarakat awam, malogo atau allogo juga
lazim dimainkan oleh kaum bangsawan. Oleh karena itu, terdapat dua jenis logo. Logo untuk
bangsawan terbuat dari tanduk kerbau, seng, atau besi yang disepuh emas,
sedangkan logo rakyat dari tempurung kelapa kering (Punagi,
1960: 48; Pabittei, 2009: 70).
B. Pengertian Mallogo
Mallogo
memiliki istilah-istilah khusus yang harus dipahami oleh setiap pemain.
Istilah-istilah tersebut.
Olo, istilah untuk menyebut orang atau kelompok
yang pertama memukul. Boko, istilah untuk orang atau kelompok pemukul
selanjutnya. Ambaq, istilah untuk orang atau kelompok yang melakukan pukulan. Logo
mate, istilah untuk logo yang ada pada jajaran pertama dalam posisi terlungkup
setelah dipukul. Logo tuwu, istilah untuk orang atau kelompok yang berhasil
menjatuhkan satu atau lebih logo kecil. Senteng, sebutan untuk logo yang jatuh
semua. Lepa atau piping, sebutan untunk pukulan yang hanya mengenai logo kecil
tapi tidak sampai jatuh. Rencing, sebutan untuk pukulan pertama, dan
kedu-duanya batal. Bacu, sebutan untuk pukulan yang hanya membuat antar logo
saling bersentuhan tapi tidak jatuh.
C. Karakteristik
Mengembangkan kemampuan
bahasa anak dan sosial anak, mengembangkan motorik kasar dan halus, dan mengenalkan
permainan tradisional dari daerah lain di Indonesia.
D. Peralatan
Permainan mallogo
hanya memerlukan peralatan sederhana, yaitu logo dari tempurung kelapa kering
dan sebilah bamboo sebagai pemukul (paqcampaq). Logo dibuat dua bentuk, yaitu
logo kecil ukuruan 7-8 cm sebanyak 6-8 buah dan logo besar ukuran 15 cm.
E. Cara Permainan
Cara Bermain Malogo :
1. Setelah
alat bermain malogonya sudah lengkap dan para pemain sudah siap, tahap pertama
lakukanlah pimplah (hompimpa) agar para pemain bisa di bagi dua. Dianjurkan
jumlah pemainnya genap sehingga dimudahkan membaginya.
2. Setelah di bagi menjadi dua tim, masing-masing
ketua tim Pingsut (suit) mencari siapa yang jaga dan menyerang. Jika sudah buat
2 garis sekitar 1 meter yang jaraknya jangan terlalu jauh, garis pertama untuk
menaruh Logo dan garis ke dua untuk start para pemukul untuk menyerang logo
yang berada di garis. Para penyerang memukul undasnya harus mengenakan logo
yang terletak di garis sampai habis. Cara Bermain Yang Sudah Dimodifikasi :
Cara
permainan yang awal ini sama seperti setelah alat bermain Balogonya sudah
lengkap dan para pemain sudah siap, tahap pertama lakukanlah pimplah (hompimpa)
agar para pemain bisa di bagi dua. Dianjurkan jumlah pemainnya genap sehingga
dimudahkan membaginya. Setelah di bagi menjadi dua tim, masing-masing ketua tim
Pingsut (suit) mencari siapa yang jaga dan menyerang. Jika sudah buat 2 garis
sekitar 1 meter yang jaraknya jangan terlalu jauh, garis pertama untuk menaruh
Logo dan garis ke dua untuk start para pemukul untuk menyerang logo yang berada
di garis. Para penyerang memukul undasnya harus mengenakan logo yang terletak
di garis sampai habis. Jika ada yang tersisa dan jatah memukulnya sudah habis
maka harus gantian yang menyerang, misalkan tim 1 menyerang dan tidak menyisakan
logo yang masih berdiri di garis maka tim 1 yang gantian jaga dan tim 2 yang
menyerang.


F.
Nilai Yang
Dikembangkan
1.
Melatih ketangkasan dan ketenangan.
2.
Olahraga.
3.
Melestarikan tradisi.
4.
Menjaga kekompakan.
5.
Seni.
G.
Aspek Perkembangan
1.
Aspek Motorik Kasar
. Sehinga pada aspek
motorik kasar kegiatan bermain ini anak melakukan kegiatan berjalan, berlari,
jongkok, memukul bambu atau kayu yang buat bermain.
2. Aspek
Motorik Halus
Pada
kegiatan ini bermain ini anak melakukan kegiatan menyentuh dan menggengam bambu
yang buat main, gacok (genting pecah) dan tempurung kelapa yang di tumpuk.
3. Aspek
Kognitif
Kemampuan ini
selanjutnya berkembang menjadi kemampuan berfikir logis yang selanjutnya
menentukan apakah anak mampu memahami lingkungannya.
4. Kemampuan
Bahasa
. Pada kegiatan bermain ini anak sangat banyak melalukan interaksi dengan lawan main atau pun pemain yang sama satu kelompok, sehingga anak tidak menyadari bahwa dalam bermain malogo ini anak melalukan interksi yang banyak, dan rasa percaya diri anak mulai tumbuh dalam permainan ini.
. Pada kegiatan bermain ini anak sangat banyak melalukan interaksi dengan lawan main atau pun pemain yang sama satu kelompok, sehingga anak tidak menyadari bahwa dalam bermain malogo ini anak melalukan interksi yang banyak, dan rasa percaya diri anak mulai tumbuh dalam permainan ini.
5. Aspek
Emosi
.
Pada permaiana ini anak harus bisa menahan emosinya karena pada saat akan
memukul gajok supaya mengenain batoknya anak harus sabar dan konsetrasi supaya
bisa mengenai batoknya.
6. Aspek
sosial
Pada
saat anak melakukan permainan malogo ini anak secara tidak langsung
bersosialisai dengan teman sebayanya atau pun lingkungan bermain.
Sumber Pustaka
Abu Bakar
Punagi, 1960. Permainan logo dan tana Bugis. Majalah adat istiadat dan
cerita rakyat ke 3. Jawatan Kebudayaan, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Sulawesi Selatan.
Aminah
Pabittei, 2009. Permainan Rakyat Daerah Sulawesi Selatan. Sulawesi
Selatan: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata.
Abu Bakar
Punagi, 1960: 45; Aminah Pabittei, 2009: 68
Kk mau tanya info soal mallogo ada tidak narasumbernya selain sumber pustaka yang bisa sy kontek
BalasHapusTerimakasi atas ilmunya sangat bermanfaat
BalasHapus